Resensi PehCun
Duan Wu Jie atau yang dikenal dengan sebutan Peh Cun di
kalangan Tionghoa Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan
dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek perahu naga di kalangan Tionghoa
Indonesia telah tidak umum saat ini namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk
menyebut festival ini. Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5
bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dimulai dari masa
Dinasti Zhou.
Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah
makan Bak Cang (Rou Zong – bahasa Mandarin) dan perlombaan perahu naga (Hua
Long Zhou – bahasa Mandarin ). Karena dirayakan secara luas di seluruh
Tiongkok, maka dalam bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu
daerah dengan daerah lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada
perbedaannya dalam perayaan tersebut.
ASAL USUL
Dari catatan sejarah dan cerita turun-temurun dalam
masyarakat Tiongkok, asal usul festival ini dapat dirangkum menjadi tiga kisah:
a. Peringatan atas Qu Yuan
Qu Yuan (339 SM ~ 277 SM) adalah seorang menteri Raja
Huai dari Negara Chu di masa Negara Berperang (Zhan Guo Shi Dai, 475 SM ~ 221
SM). Ia adalah seorang pejabat yang berbakat dan setia pada negaranya. Ia
banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu, bersatu dengan negara Qi
untuk memerangi negara Qin. Namun sayang, ia dikritik oleh keluarga raja yang
tidak senang padanya yang berakhir pada pengusirannya dari ibukota negara Chu.
Ia yang sedih karena kecemasannya akan masa depan negara Chu kemudian bunuh
diri dengan melompat ke sungai Yu Luo. Ini tercatat dalam buku sejarah “Shi Ji”
tulisan sejarahwan Sima Qian. Lalu menurut legenda, ia melompat ke sungai pada
tanggal 5 bulan 5. Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari-cari jenazah
sang menteri di sungai tersebut. Mereka lalu melemparkan nasi dan makanan lain
ke dalam sungai dengan maksud agar ikan dan udang dalam sungai tersebut tidak
mengganggu jenazah sang menteri. Kemudian untuk menghindari makanan tersebut
dari naga dalam sungai tersebut maka mereka membungkusnya dengan daun-daunan
yang kita kenal sebagai Bak Cang sekarang. Para nelayan yang mencari-cari
jenazah sang menteri dengan berperahu akhirnya menjadi cikal bakal dari
perlombaan perahu naga setiap tahunnya.
b. Peringatan atas Wu Zi-xu
Ini adalah versi lain yang juga populer di pesisir timur
Tiongkok. Wu Zi-xu adalah orang negara Chu pada zaman Musim Semi dan Gugur
(Chun Qiu Shi Dai, 770 SM ~ 476 SM), namun karena keluarganya dibunuh oleh Raja
Chu menyebabkan ia pergi membantu negara Wu menyerang negara Chu. Kerajaan Wu
menang perang berkat jasanya. Sayangnya, setelah Raja Wu He Lu meninggal dan
digantikan anaknya, anaknya tidaklah begitu menghormati Wu Zi-xu. Wu Zi-xu yang
menasehatkan raja baru untuk menyerang negara Yue tidak digubris dan malah ia
difitnah oleh menteri negara Wu yang bersekongkol dengan negara Yue
mengharuskan ia dihukum mati. Setelah meninggal, jenazahnya kemudian dibuang
oleh menteri ke dalam sungai. Sehingga, orang-orang kemudian merayakan hari raya
Duan Wu untuk memperingatinya.
c. Bermula dari perayaan suku kuno Yue di Tiongkok
Selatan
Perayaan sejenis Duan Wu ini juga telah dirayakan oleh
suku Yue di selatan Tiongkok pada zaman Dinasti Qin dan Han. Perayaan yang
mereka lakukan adalah satu bentuk peringatan dan penghormatan kepada nenek
moyang mereka. Kemudian setelah terasimilasi secara budaya dengan suku Han yang
mayoritas, perayaan ini kemudian berubah dan berkembang menjadi perayaan Duan
Wu yang sekarang kita kenal.
KEGIATAN DAN TRADISI
1. Lomba Perahu Naga
Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak zaman
Negara Berperang (475 SM ~ 221 SM). Perlombaan ini masih ada sampai sekarang
dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Mainland (Hunan), HongKong, Taiwan
maupun di AS. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh
peserta-peserta dari luar negeri yang kebanyakan berasal dari Eropa ataupun
Amerika Utara.
Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai
panjang perahu tersebut.
2. Makan Bak Cang (= Rou Zong – bahasa Mandarin)
Tradisi makan bak cang secara resmi dijadikan sebagai
salah satu kegiatan dalam festival Duan Wu sejak Dinasti Jin. Sebelumnya,
walaupun bak cang telah populer di Tiongkok, namun belum menjadi makanan
simbolik festival ini. Bentuk bak cang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang
kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bak cang
tadi.
Di Taiwan, di zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bak cang
yang dibawa oleh pendatang dari Fu Jian adalah bentuk bak cang yang bulat
gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi
bak cang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging, ada yang isinya
sayur-sayuran. Ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi untuk kemudian
dimakan bersama serikaya.
3. Menggantungkan Rumput Ai dan Chang Pu
Duan Wu yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap
sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya
melakukan bersih-bersih, lalu menggantungkan rumput Ai (saya kurang tahu bahasa
Indonesia-nya – Penulis) dan Chang Pu di depan rumah untuk mengusir dan
mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan
tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.