Dibalik tragedi “penculikan” Bung Karno
yang diakibatkan karena para pemuda (Adam Malik, Chaerul Saleh, Sukarni)
mendesak ingin Indonesia Merdeka, ternyata dibalik itu ada seorang beretnis
Tionghoa yang dengan suka rela meminjamkan rumahnya (diDusun Bojong,
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang) sebagai rumah singgah untuk Bung Karno,
Bung Hata, Sukarni Yusuf Kunto, dr. Sutjipto, Fatmawati, Guntur Soekarnoputra
dan lain-lainya selama 3 hari, dari tanggal 14 Agustus 1945 sampai 16 Agustus
1945, Beliau bernama Djiaw Kie Siong.
Di rumah beliau jugalah sebagai tempat
pembuatan naskah Proklamasi dan beliau serta para pemuda Rengasdengklok lainya
sudah mempersiapkan segala keperluan untuk besoknya (16 Agustus 1945) di
bacakan naskah proklamasi dan Bendera Merah Putih pun sudah berkibar.
Tapi sayangnya, tiba-tiba
pada sorenya datanglah Ahmad Subardjo. Ia mengundang Bung Karno dan yang lainya.
berangkat ke Jakarta untuk membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56.
Djiaw
Kie Siong adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa. Beliau pernah
berwasiat kepada keluarga yang menempati rumah bersejarah itu harus bersabar.
“Tak dibolehkan merengek minta-minta
sesuatu kepada pihak mana pun. Bahkan, harus rela setiap hari menunggui rumah
mereka demi memberi pelayanan terbaik kepada para tamu yang ingin mengetahui
sejarah perjuangan bangsa.”
Djiaw
Kie Siong meninggal dunia pada 1964. Namanya praktis hampir tidak dikenal
ataupun tercatat dalam sejarah. Namun, Mayjen Ibrahim Adjie pada saat masih
menjabat sebagai Pangdam Siliwangi, pernah memberikan penghargaan kepada Djiaw
dalam bentuk selembar piagam nomor 08/TP/DS/tahun 1961.
Menurut
kami kenapa beliau tidak terkenal, tidak tercatat dalam sejarah, karena mungkin
“penculikan” terhadap Bung Karno dan yang lainya adalah merupakan tindakan yang
negatif di mata masyarakat, sehingga penjelasan tentang di rumah beliau ini
sangat sedikit dan mungkin juga memang karena adanya rasis terhadap entis
tionghoa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar